Cari data di web ini

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified twitterfacebookgoogle plusrss feedemail

Iklan Hubungi (021)27101381


Informasi berita tentang wisata kuliner di seluruh Indonesia - Kontak Redaksi: (021)271.01.381 - (021)606.36235, Hotline: 08787.882.1248 - 081.385.386.583

Kamis, 11 Oktober 2012

Coklat Mentari Kranji Bekasi

Ada Handphone yang Bisa Dimakan Di Sini

Ismed (owner Coklat Mentari) dan Sidik Rizal
bersama kulinerkuliner.com
Bisa bayangin gak kalo kita ngasih hadiah buat orang yang kita cintai berupa benda kesukaan orang yang kita sayangi tapi ternyata adalah sebuah coklat yang bukan cuma bisa dimakan, namun terkadang bikin sayang untuk langsung dimakan.

Misalnya mau kasih Blackberry buat orang yang kita sayangi, sebagai kado ulang tahun dan ternyata kado itu dibuka adalah sebuh coklat berbentuk BlackBerry SmartPhone. Wow.... pasti keren banget bukan?

Sabtu, 28 April 2012

Bakmi Jawa Gunung Kidul ada di Kalimalang

Resep Asli Cucu Mbah Sumo dari Wonosari
Ada jajanan pengobat kerinduan nostalgia masa lalu yang sepadan

Jatiwaringin - sidikrizal.com
Mas Handono, cucu Mbah Sumo
Jika ditanya kepada Wimar Witoelar, siapa sih ahlinya Bakmi Jawa di Gunung Kidul Desa Wonosari? Maka jawabannya adalah Mbah Sumo. Terus siapa dong dengan warung Bakmi Jawa Mbah Mo, yang juga sama terkenalnya itu dari tempat yang sama?

Wah kalau sudah kayak gini tinggal cari tahu mana yang paling dahulu dan paling senior saja. Ya kan???

Di jalur jalan raya Kalimalang, tepatnya di depan Rumah Sakit Harum Jatiwaringin, kayaknya kita bisa deh menemukan kelezatan khas tradisional desa Wonosari dari Gunung Kidul, yakni Bakmi Jawa Mbah Sumo.

Nah, inilah yang nantinya akan dikenal oleh banyak orang Jakarta, sebagai tempat makan Bakmi Jawa asli dari Gunung Kidul, dan itu satu keniscayaan. (hualaaaaaaahhh... hiperbolis alias lebay banget tulisannya???)

Sabtu, 21 April 2012

Perang Dingin Usaha Ice Cream di Jatiwaringin

IGLOO Cafe vs Ice Cream Goreng KRIUUK WINS

Mas Win Jatiwaringin lantai 2 atas Kade-Kado Gift Store
Es Krim Goreng Kriuuk ala Win
Bulan Maret lalu saya mengunjungi sebuah usaha kuliner es krim goreng yang berada di kawasan jalan raya Jatiwaringin, dengan merk Es Krim Goreng Kriuk Win. Maka bulan April ini saya meliput Igloo Cafe, sebuah mini resto yang tidak saja mengkhususkan diri berjualan sajian serba es krim.

Win, owner Es Krim Goreng Kriuuk
Jika Ice Cream Goreng Kriuk WINS milik mas Win bersama pasangannya mbak Santi yang berlokasi tak jauh dari asrama kampus Asy-Syafi'iyah dan ada di lantai dua serta dikelola oleh pacar sang pemilik, Win yang juga bekerja di sebuah bank swasta pemerintah. Mas Win sengaja membuka usaha dengan konsep minimalis dengan tujuan pasar para mahasiswa untuk bisa menikmati es krim dengan harga terjangkau, dan bisa menikmati jajanan dingin beku ini sambil nongkrong serta gaul tentunya dengan harga mereka, para mahasiswa.

Senin, 16 April 2012

Abah Gurame dan Lontong Medan "Bang Man"


Restoran Abah Gurame dan Lontong Medan "Bang Man"
menyediakan beragam menu :

Aneka Menu Khas Medan
Cabang Lontong Medan Bang Man
Jl. Cik Di Tiro Medan

Minggu, 15 Januari 2012

Sego Thiwul Nasi Jagung ala Baso Laguna

Nasi Thiwul – Nasi Jagung, what’s so wrong with that?

Minggu lalu beberapa orang tewas karena makan thiwul, kalau kamu baca Kompas tadi pagi ada lagi photo keluarga sedang makan nasi jagung. Berita ini selalu bernada minor seakan kedua bahan pokok tersebut menjijikan, dan hanya dikonsumsi oleh mereka yang sangat miskin. Pokoknya “nggilani” lah. Ternyata kemudian thiwul sang pembunuh itu di ketahui bukan thiwul yang biasa di kenal, tetapi ampas ketela dari pabrik tepung tapioka.

Mungkin kamu tidak tahu, aku dibesarkan dengan thiwul dan jagung ini. Thiwul punya tempat terhormat di desa asalku, Kismantoro, nun di pelosok Wonogiri. Bayangin, disana kamu akan ditawari makan dengan cara : “monggo niwul rumiyin” mari makan dulu . Niwul artinya makan lengkap, meskipun tidak ada thiwul disediakan, tetapi sudah menjadi jargon umum, niwul=dahar=makan.


Kamu tahu kan thiwul yang aku maksud bukan seperti thiwul yang kamu beli untuk camilan, yang dicampur gula merah itu. Tetapi thiwul sebagai nasi dimakan dengan lauk pauk seperti biasa. Membuat gaplek cukup mudah. Singkong jenis baik, dikupas di jemur sampai kering, di cuci bersih, dijemur lagi kemudian ditumbuk menjadi tepung. Tepung di pyur pyur dengan air di tampah, kemudian di interi sampai menjadi butiran kecil yang sama besar, semakin lama di interi semakin padat butiran tersebut, semakin kenyal enak. Kemudian di kukus di dandang, di campur dengan sedikit nasi beras. Voila, nasi lezat sudah tersedia, lauknya suka2, tetapi yang paling sedap adalah sayur pedas. Mak nyoosss.

Nasi jagung zadul, so many effort yang kudu di dedikasikan. Jagung pipilan musti di kecrok dulu, di tumbuk di lumpang dengan sedikit air bertujuan mengupas kulit ari. Jagung bersih direndam semalam suntuk untuk di tumbuk menjadi tepung halus keesokan harinya. Tepung di pyru pyur air, di interi ditampah kemudian di kukus. Setengah matang di angkat di angin sebentar di pyur pyur air panas agar lembut kemudian di kukus lagi. Ritual ini dibutuhkan untuk membuat nasi jagung menjadi lembut dan pulen. Bayangkan, untuk memakan nasi jagung sepiring , harus menunggu sehari semalam dan segitu banyak keringat tertumpah. Nasi jagung ini sangat enak dimakan sama gereh ( ikan asin) dan urap kembang turi lembayung pedas, ojo lali jangan tempe bosok lombok ijo. Harap di catat, makan nasi jagung harus menyediakan air minum, seret bo mang.

Sejak jaman swasembada beras, dimana hanya nasi beras yang layak terhidang di meja makan kaum beradab, anak2 ku sudah tidak mengenal kedua jenis nasi tersebut. Meski dirumahku masih sering terhidang ( untuk tombo kangen) namun mereka tidak mau menyentuhnya, kecuali mereka ambil thiwul sedikit di campur sama palm sugar, di camil. Sayang sekali.

Sungguh, sebagai konsumen thiwul tulen, aku tidak merasa hina maupun terbelakang, apalagi merasa bodoh, gak sama sekali tuh, ataupun kekurangan gizi, dari dulu sampai sekarang.
Maka berhentilah mengkondisikan kami, para pemakan thiwul, sebagai manusia rendah.
January 08.2011

Sumber: http://basolaguna.blogspot.com