Cafe Berkonsep Fashion Meal Kerja Kreatif Wartawan
BCP, kelanakuliner.com
Mengunjungi lokasi BCP maka di lantai duanya kita akan disambut sebagai pintu gerbang Cyber Food Courtnya satu gerai yang dimiliki oleh seorang wartawan yang kini berprofesi sebagai pengusaha kuliner. Gerai CrushZone Fun Food milik Puji Irwanto ini dijaga oleh seorang karyawan yang bergantian tugasnya setiap seminggu sekali di cabang-cabang CrushZone lainnya di wilayah Bekasi.
Salah seorang karyawatinya, Susiana, memberikan saya makanan khas Timur Tengah, Kebab dengan merk CrushZone Kebab, dan Lemon Tea CrushZone. Ternyata memang mempunyai citarasa tersendiri.... Bolehlah... kalau boleh dibilang saya berkomentar tentang rasanya sajiannya. Tapi yang paling penting dari itu semua adalah sang pemiliknya, Puji Irwanto adalah seorang wartawan.
Sebelum saya bertemua dengan sang pengusaha kuliner dan wartawan senior itu, saya coba googling eksistensinya samapi sejauh mana seh tingkat kepopulerannya di dunia maya. Hmmmm lumayan tinggi. Berarti dia bukan orang baru, tapi lumayan diperhitungkan. Ini berarti sudah menjadi tugas kelanakuliner untuk mencicipi setiap masakannya dan memberikan penilaian yang seobyektif mungkin tentang rasa, penampilan dan tentunya pelayanannya.
Kalau mencoba satu menu saja sebenarnya tidaklah cukup untuk memberikan penilaian secara keseluruhan tentang CrushZone, yang melabel dirinya sebagai Fashion Meal atau Fun Food ini pada setiap tagline promo baik di banner atau brosur dan neonbox CrushZone. Kelanakuliner mencoba mengerti dan mencari hubungan antara konsep sajian dengan rasa yang didapat. Untuk Kebab khas CrushZone, saya berani memberikan skor 7,5 dari skala 0 s/d 10. Hmmmm uwennaknya pas dengan harganya yang relatif terjangkau, khususnya gerai CrushZone BCP.
Tapi untuk sajian, khususnya kemasan, saya tidak sempat mengambil foto kebabnya yang dalam keadaan terbuka siap saji. Saya dapat sudah dalam keadaan siap take-away. Terbungkus! Yah begitu lah.... gara-gara saya juga sedang mewawancarai produk kuliner lainnya. Tapi untuk pelayanan sang karyawannya, termasuk lumayan hebat. Makanan diantar ke meja saya kurang dari 5 menit. Hmmm Time Service boleh juga neh.... Cepet banget!
SidikRizal-dobeldobel.com
Biar komplet, penelusuran dan tulisan kelana kuliner, berikut dilampirkan tulisan dari berbagai sumber tulisan.
Majalah Pengusaha dot com
BUSINESS OPPORTUNITY
Kendati bukan pionir, makanan cepat saji seperti kebab, crepes dan burger dengan brand Crush Zone ini direspons positif konsumen. Delapan gerai sudah berdiri. Dan, sebentar lagi akan bertambah seiring dengan makin banyaknya investor yang berminat. Istimewanya?
Wartawan tidak selalu identik dengan computer, notes, CD, laptop, tape recorder, kaset dan disket. Dibalik keseriusan dalam menggali berita, ternyata ada sisi positif yang jika dikembangkan menjadi sesuatu yang bernilai tinggi. Ketrampilan dalam hal memasak, keterbukaan media terhadap masalah kuliner serta jaringan yang luas mengantarkan Puji Irwanto, mantan wartawan dan Pemimpin Redaksi Majalah Seluler ini menjadi pebisnis makanan yang ulet. Bisnis makanan atau yang menurut dia istilahkan The Fashion of Meal ini dibangun sejak 2005 lalu dengan nama Crush Zone.
Crush Zone, oleh pemiliknya diartikan sebagai pertemuan antara berbagai citarasa. Brand ini sekarang hadir ditengah-tengah ketatnya persaingan makanan cepat saji lokal seperti crepes, kebab, burger dan chicken crispy yang dijajakan dalam bentuk gerobak dorongan atau kafe. Menurut Puji, Crush Zone adalah hasil pengamatannya selama bertahun-tahun tentang fenomena makanan cepat saji ini. Saat meliput ke mancanegara sebagai jurnalis, dia sering melihat bisnis makanan yang dijajakan di pinggir jalan.
Warungnya sederhana, hanya seukuran 2x2 m, harganya murah dan uniknya pembelinya terus berdatangan. Begitu juga di Tanah Air. Bisnis makanan cepat saji yang dijajakan sedemikian rupa tersebut juga memperoleh respons dari masyarakat. “Akhirnya, saya putuskan untuk mendirikan Crush Zone,” Akunya.
Crush Zone didirikan dengan modal Rp 20 juta. Dia bukan yang pertama. Tetapi kehadirannya mulai memperoleh respons positif dari sebagai salah satu produk yang mulai digemari konsumen. Sejak awal berdiri gerai baru dengan warna khas merah kuning di Jl Agus Salim, Bekasi, itu selalu ramai pengunjung terutama pada siang dan sore hari. Di lokasi yang sama, tak jauh dari Crush Zone, telah berdiri gerai makanan cepat saji lainnya. Setelah beberapa waktu lalu, keduanya tutup dan gerai milik mantan wartawan Warta Ekonomi ini menjadi satu-satunya yang paling laris. “Dalam sehari omset bisa mencapai Rp 400 ribu,” ujar Puji.
Puji tak memakai strategi khusus dalam memasarkan produknya. Dia hanya menerapkan strategi harga, citarasa dan lokasi untuk bersaing dengan kompetitornya. Langkah ini dia temukan dari buku pakar pemasaran Tom Parker, yang dikenal dengan beberapa konsep dalam mendongkrak bisnis sebuah bisnis. “Teori-teori itu saya pakai di Crush Zone. Kalau perlu dengan cara yang gila,” ungkapnya.
Gila yang dimaksud disini adalah konmpetitifnya harga. Hampir semua produk, mulai dari crepes, kebab, burger maupun yang lainnya dijual dengan harga murah. Lebih murah ketimbang kompetitornya. Murah, kata dia, tidak berarti mengurangi bahan baku. Namun justru ingin menunjukkan kepada konsumen bahwa produk Crush Zone adalah makanan enak dengan harga murah. “Banyak orang awalnya meragukan konsep harga tersebut. Bahkan, ada seorang pebisnis yang meramalkan dalam empat bulan bisnis ini akan gulung tikar. Tapi, kenyataan tidak,” papar mantan wartawan Majalah Panji Masyarakat ini.
Crush Zone juga sangat peduli dengan citarasa (taste). Puji berpendapat jika hal ini cocok dengan lidah konsumen, mereka tak segan akan balik lagi dan melakukan promosi dari mulut ke mulut. Untuk itu, dia sengaja meramu sendiri komposisi bahan yang dipakai baik itu untuk kebab, crepes maupun burger. Yang penting, adalah bagaimana menyajikan makanan itu dengan enak. Dia sering browsing di internet, berdiskusi dengan kawannya yang berprofesi sebagai chef di hotel dan meramunya sendiri. Untuk mayonnaise, misalnya, dia meramu dari berbagai produk sehingga menghasilkan taste yang berbeda. Dari citarasa inilah maka lahir nama Crush Zone. Artinya orang akan merasakan taste yang crush saat menyantap baik burger, crepes ataupun kebab. “ Ada beberapa penjual burger yang datang ke saya hanya khusus membeli mayonaise Crush Zone,” ujarnya geli.
Konsep ketiga, yang dipakai Puji untuk mengembangkan Crush Zone ialah lokasi. Dalam membuka gerai, dia selalu melihat lokasi yang tepat. Baginya, makanan sejenis meal ini tidak begitu familiar bagi lidah kebanyakan orang. Makanan ini khusus bagi mereka yang kosmopolit dan bisa kenyang tanpa harus makan nasi.
Setelah beberap bulan beroperasi, Crush Zone membuka cabang kedua di Jl Nusantara Raya, Perumnas 3 Bekasi. Seperti halnya gerai pertama, cabang kedua inipun juga sukses. Sekarang, Crush Zone telah berkembang menjadi delapan cabang, yakni di Jl KH Agus Salim, JL Nusantara Raya, Perumnas Bekasi, Taman Narogong, Toserba Griya, Cileunyi Bandung, Indomart Wonosobo, Solo dan Depok. Empat di antaranya adalah milik Puji sedang empat sisanya adalah kemitraan yang dikembangkan dengan konsep business opportunity. Dalam waktu dekat akan menyusul di Taman Galaxy, Rawalumbu, Narogong, Wisma Asri—semuanya di Bekasi dan Serang (Banten).
Puji memilih pola kemitraan untuk memperluas jaringan bisnisnya. Harapannya, dia ingin mengajak orang menjadi entrepreneur dan tentu saja, untuk komersialisasi bisnisnya. Untuk menjadi mitra, investor tinggal menginvestasikan Rp 10 juta atau Rp 12 juta. Besarnya investasi ini tergantung ukuran konter, yakni panjang 120 cm x lebar 80 cm dan tinggi 200 cm atau 130 cm x 80 cm x 200 cm. Dengan investasi sebesar itu mitra akan memperoleh hak menggunakan nma Crush Zone selama lima tahun, perlengkapan perdana seperti : I unit kompor gas, loyang crepes, atu unit panggangan, selang gas lengkap dengan regulator dan satu tabung gas. Selain itu, mitra juga meperoleh perlatan penunjang yang terdiri dari : tempet pembuatan adonan, tempat pembuatan adonan besar, tempat pembuatan adonan kecil, tempat keju, tempat cucian crepes, 1 box keju, satu adukan telor dan sebagainya.
Kemudian, investor juga akan memperoleh pasokan bahan baku perdana sebanyak lebih dari 26 item, mulai dai tepung crepes, mesisi, keju, margarine, saus sambal, mayonnaise, daging kebab, daging burger dan sebagainya. Manajemen Crush Zone juga melakukan training bagi pekerja serta promosi. “Pendeknya, mitra tinggal menjual saja,” tuturnya.
Puji mengaku, banyak permintaan untuk menjadi mitra Crush Zone. Namun, dia cukup selektif dalam memilih mitra. Dia harus tahu betul motivasi dari mitra. Untuk itu, dia melakukan survey sebelumnya. Prioritas, diberikan kepada mereka yang paham betul tentang seluk beluk bisnis makanan. “Mereka yang gigih dan paham bisnis makanan, dalam tempo singkat sudah balik modal,” katanya.
Ini bisa dibuktikan oleh Afianto, mitra Crush Zone di Solo. Dia mengaku sejak menjadi mitra pada 2006 lalu, kini sudah balik modal. “Hanya dalam tempo empat bulan,” katanya. Afiantio mengkisahkan, pada awalnya memang agak berat menjual makanan semacam ini. Apalagi kota semacam Solo. Namun, itu tak berlangsung lama. Konter mini yang terletak di Jl. RM Said tersebut diminati pembeli, terutama kalangan anak muda. Omset mencapai Rp 200 ribu per harinya. Dia berencana akan mengembangkan Crush Zone menjadi mini kafe.
Puji optimistis Crush akan terus berkibar. Dia mengaku dari sisi materi belumlah berharap besar. Jalan untuk meretas kesuksesan masih panjang, mengingat bisnis makanan sifatnya temporer. Dan, lagi, persaingan di bisnis ini sangat ketat. Follower akan terus bermunculan dengan segudang kreasinya. Untuk itulah, dia terus menciptkan sesuatu yang baru, tidak terbatas hanya pada citarasa dan konsep, namun juga mengenai strategi pemasarannya. “Setelah sistem sempurna, kami akan merambah kota-kota yang lain. Kami tidak akan mengulangi kesalahan pemain lain yang akhirnya berhenti ditengah jalan,” ujarnya.