Menu Serba Hitam Khas Jawa Timur yang Menggugah Selera
Bekasi, kelanakuliner.com
Tak sengaja saya menyambangi sebuah warung makan Pecel Madiun yang ada di Alun-alun Kota Bekasi, samping Bakso Malang Cak Tio. Ternyata Warung Pecel Madiun BP ini pernah ditulis oleh sahabat saya Dian PP, langsung dari sang narasumbernya Budi Purwanto di warung utamanya di dekat exit Pintu Tol Bekasi Timur.
Saya sendiri memang kesulitan mendapatkan makanan khas Jawa Timuran yang selalu berwarna hitam ini. Mulai dari Rawonnya atau yang sering saya sebut sebagai Black Soup ala Eastern Java. Bila pembuatan Rawon (ada yang iga, jeroan, atau daging sapi) biasanya menggunakan kluwek (pucung dalam bahasa Betawi) atau Keluak/Keluwak, atau Buah Kepayang dan dalam bahasa asingnya dikenal dengan nama Indonesian Black Nut, atau Pangium Edule Nut memang memberikan aroma khas dan rasa tersendiri bagi masakan berbahan daging sapi ini. Kemudian sajian lainnya yang juga berwarna hitam namun lezat dan nikmat, yakni Rujak Cingur. Kala yang pertama tadi, si sop hitam diwarnai dengan kluwek, maka, Rujak Cingur berwarna hitam karena bahan bumbu petis udangnya yang tak bisa digantikan dengan Petis udang dari daerah lainnya, demikian ungkap Ibu Diah, istri sang pemilik Pecel madiun "BP", Budi Purnomo kepada kelanakuliner.com
"Entah mengapa makanan khas Jawa Timur banyak sekali yang bernuansa warna hitam, ucap wanita yang berprofesi sebagai pengamat ekonomi dan sering bepergian ke luar negeri ini. Saya sendiri sebenarnya juga heran dengan masakan khas Jawa Timur. Mengapa selalu berwarna gelap dan hitam pekat? APakah mungkin karena ciri khas daerah Jawa Timuran yang identik dengan pakaiannya yang berwarna hitam? Ingat kan pakaian para penari dan seniman Reog Ponorogo? Atau para warok-warok (para jagoan jaman dulu) yang suka sekali berpakaian hitam dengan kaos dalaman belang-belang merah-putih. (Hualah! Apa masalahnya?)
Terlepas dari nuansa kegelapan (baca: hitam) pada setiap makanan khas Jawa Timuran, tapi tak ada satupun yang tidak lezat untuk dinikmati. Justru itu, Rujak Cingur yang berbumbu petis hitam nan pekat adalah kombinasi antara rasa klenyir-klenyir moncong (congor atau cingur atau hidung dan mulut sapi) ini dengan gurihnya Petis udang Surabaya, dan asamnya buah-buahan campuran (itulah sebabnya disebut rujak) dan ditambah bumbu-bumbu lainnya. Hmmm pasti lebih nikmat bila dinikmati pada siang hari bersama minuman dingin khas Jawa Timuran (apaan tuh minuman khasnya?).
Yang jelas bila Anda tertarik menikmati Rujak Cingur dan Pecel Madiun Portable (saya lebih suka menyebut Bumbu Pecel Madiun Portable, karena kemudahannya untuk dibawa kemana-mana dalam sebuah kemasan kotak yang kompak ini). Perlu juga Anda ketahui Paket Kotak Bumbu Pecel madiun merk "BP" ini telah melanglang buana ke manca negara hingga Amerika dan Eropa. (kadang saya berfikir, alangkah baiknya kalau saya adalah sebuah bumbu pecel paket.... sudah bisa ke luar negeri dalam sekejap.... hehehehe, saya sendiri belum pernah ke laur negeri, kecuali keliling Indonesia). Oh iya hampir lupa. bila Anda benar-benar tertarik mencoba Rujak Cingur khas Jawa Timuran, silahkan reservasi di nomor berikut ini 0812.803.6117 atau (021) 703.29.768 dengan Ibu Diah. Atau kunjungi Warung Pecel Madiun dekat Pintu Tol Bekasi Timur sambil belokan ke arah kanan. Dijamin Anda tak kan kecewa dan tak perlu harus memesan ke Jawa Timur, karena semuanya asli Jawa Timuran di warung ini.
Sidik Rizal - kelanakuliner.com
Dan berikut ini kutipan tulisan sobat saya mas Dian PP yang pernah diterbitkan pada edisi sebelumnya:
Ada Kulit Jeruk di Pecel Madiun
Bekasi, Tol Timur Bekasi, kelanakuliner.com.
Eksplorasi pedas kelanakuliner kali ini mencoba menjamah sisi tradisional negeri seribu pulau ini. Beberapa tulisan tentang menu sarapan pilihan sebagian besar warga Jawa Timur, pecel, akan coba diulas dalam melalui blog ini. Penjelajahan dimulai dari satu tempat yang yang dikenal sebagai asal muasalnya makanan ini, walaupun dalam prakteknya, sudah banyak "penyimpangan" yang terjadi (makanya baca sampai tuntas dulu agar tahu). Pecel, rasanya tidak akan mudah dilepaskan dari kata Madiun. Maka penjelajahan kali ini menuju langsung ke orang Madiun yang tinggal di Bekasi untuk mencari jawaban pasti atas keberadaan pecel Madiun ini.
Pecel Madiun, menurut Budi Purwanto, memiliki ciri khas penggunaan turi, kecambah pendek, dan sambel pecel. Selain itu, ciri khas visual yang bisa ditemukan adalah pada cara penyajian yang selalu menggunakan daun pisang, dan cara menuangkan sambel pada racikan nasi dan kulupan. Nasi pecel Madiun, mengutamakan kulupan, dan hanya mensyaratkan nasi. "Jadi, pecel Madiun akan mudah dikenali dari penyajiannya yang menggunakan daun pisang secara berlebih, nasi yang hanya secukupnya, kulupan lebih banyak, serundeng, kering tempe, cacahan mentimun, sambel pecel, dengan lauk peyek, krupuk puli (cap walet), tempe dan tahu. Adapun kulupannya juga menyisakan hal yang khas, yakni dengan kehadiran daun kemangi. Sementara untuk materi kulupannya, menggunakan kacang panjang, daun singkong, daun pepaya, yang diolah dengan teknik tertentu. Daun singkong dan pepaya direbus secara bersamaan sampai matang, ditiriskan sebentar, kemudian langsung disiram dengan air es, agar warnanya menjadi hijau segar. Untuk menjaga kualitasnya, pak Budi bahkan sampai rela membuat kecambah sendiri, dan juga menyediakan ladang pisang, untuk mengoptimalkan pasokan daun untuk pecelnya.
Sementara pengolahan sambel BP juga menarik untuk disimak. Rupanya dari pemilihan bahan, pak Budi mengutamakan kwalitas. Sehingga tak mengherankan jika kacang harus didatangkan dari Tuban, asem jawa dan daun jeruk dikirim dari Madiun, sementara gula merah nya dibeli langsung ke tasikmalaya. Kacang diolah dengan metode sangrai, setelah sebelumnya dipilih kualitas yag terbaiknya. Selanjutnya setelah matang, kacang diuyek agar kulit terpisah dari biji kacang dan terbelah, lantas ditapeni, agar kulit tidak bercampur dengan biji. Selanjutnya, biji kecil yang ada di dalam kacang, dibuang. "Ini bisa membuat rasa sambel menjadi sedikit pait" terang pak budi sambil menunjukkan bagian kacang tersebut kepada kelanakuliner. Kacang selanjutnya ditumbuk, dicampur dengan bumbu2, dan ditambah dengan kulit jeruk yang ditumbuk. Yang disebut terakhir inilah yang menjadi ciri khas pembeda sambel pecel Madiun dari sambel pecel di daerah lain. Pengusaha pecel tiga generasi ini, mengaku jikalau pasokan kacang tubannya mandheg, dia memilih untuk menghentikan dagangan untuk sementara, sampai pasokan kacang pulih kembali. "Kacang Tuban itu, kecil, tapi menthes mas" jelas pak Budi. Tanpa kacang tuban, hasil sambelnya pasti terasa lain. Berkat kontrol kualitas yang ketat, sambel pecel besutan pak Budi telah merambah benua kangguru, dan beberapa negara di Asia.
Menariknya lagi, untuk menyediakan lauk peyek kacang yang benar-benar khas Madiun, didatangkanlah langsung dari Madiun, pembuat asli peyek kacang Madiun. Kacang yang dipakai masih tetap kacang tuban, namun bedanya, tidak ada perlakuan khas, dimana kacang cukup dibelah menjadi dua, dan dicampurkan ke adonan tepung dan tak lupa, rajangan daun jeruk. Peyek hasil gorengan pun juga tak lepas dari qualiti kontrol. "Dua blek besar peyek pernah saya suruh bagi-bagikan saja, karena rasanya yang tidak pas menurut saya" kenang pak Budi.
Penyaji pecel Madiun ternyata tidak selamanya adalah orang Madiun. "Orang jogja bisa saja jual pecel" Mana ada pecel jogja, adanya ya pecelMadiun. Tapi gestuur dan cara penyajian, sudah membuat kita bisa membedakan ini pecel Madiun asli, dan yang itu pecel Madiun made ini semarang. Sambel pecel semarang memiliki citarasa kencur yang cukup kuat. Sementara Sambel pecel Jawa Timur, cenderung menguatkan daun jeruk nipis. Di sinilah "penyimpangan" itu terjadi, ketika tagline yang diusung adalah pecel Madiun, tapi karena yang menjualnya bukanlah orang Madiun, maka terjadilah. Pecel Madiun disajikan dengan daun pisang yang berlimpah, sementara nasinya hanya nyempil di pojok, dengan kulupan yang lebih banyak, kemudian disiram dengan sambel kacang secara nyepret.
Disarikan dari hasil perbincangan dengan Pak Budi Purwanto, pemilik Pecel Madiun "BP" (021)7032.9768. Ditulis oleh Dian Purnama Putra, untuk kelanakuliner.co.cc
Wisatawan yang berkunjung ke Jawa Timur, utamanya ke kota Surabaya, jangan lupa mencicipi kuliner khas daerah ini. Namanya rujak cingur. Rujak adalah jenis kuliner yang memadukan antara irisan buah-buahan segar dengan saus atau bumbu yang terbuat dari bahan utama olahan kacang tanah yang digoreng dan cabai. Pada rujak cingur, bahan untuk saus diimbuhi petis udang untuk menambah rasa lezat. Selain petis udang, yang khas dari rujak cingur adalah tambahan cingur, yaitu irisan tulang rawan bagian hidung dan bibir atas sapi.
BalasHapusDalam komposisi yang lengkap, rujak cingur biasanya terdiri dari irisan beberapa jenis buah seperti ketimun, bengkoang, mangga muda, nanas, kedondong, dan cingur. Buah-buahan dan cingur tersebut dicampur dengan sayur-sayuran seperti tauge, kangkung, kacang panjang, dan dilengkapi lontong, tahu, dan tempe. Semua bahan tadi dikombinasikan dengan saus atau bumbu yang terbuat dari olahan petis udang, cabai, kacang tanah yang digoreng, bawang goreng, dan garam. Ada juga beberapa warung yang menambahkan mie goreng pada racikan rujak cingur. Untuk penyajiannya, tiap warung biasanya melengkapi rujak cingur dengan kerupuk.
Penikmat rujak cingur tidak hanya memperoleh rasa puas pada perpaduan rasa buah, sayuran, dan sausnya yang lezat, melainkan juga kandungan gizinya yang cukup lengkap. Campuran buah, sayur, dan saus pada rujak cingur memiliki kandungan vitamin A, C, dan E, serta protein dari tauge, kacang tanah, serta tahu dan tempe. Sedangkan karbohidrat terdapat pada lontong, sehingga dapat menjadi pengganti makan nasi.
Bagi orang yang kurang berminat menyantap buah atau sayuran, maka sajian rujak cingur dapat menjadi alternatif cara untuk menikmati buah dan sayuran dengan citarasa yang lebih nikmat. Para penikmat juga memperoleh kesan lain ketika menyantap rujak dengan tambahan cingur yang kenyal seperti kikil (daging pada kaki sapi). Selain sausnya yang lezat, tambahan cingur dianggap menambah kelezatan rasa rujak cingur.
Kuliner khas Jawa Timur ini dapat ditemui di kota-kota kabupaten di Jawa Timur, terutama di Ibu Kota Provinsi, Surabaya. Di kota Surabaya, wisatawan dapat menikmati rujak cingur di warung-warung kecil dan restoran.
Harga tiap porsi rujak cingur bergantung pada tiap rumah makan dan sedikit-banyaknya jumlah cingur yang disajikan. Untuk warung kecil di pinggir jalan, rujak cingur bisa didapatkan dengan harga Rp 10.000 – Rp 20.000. Sedangkan untuk rumah makan yang lebih besar, bahkan di restoran, harga rujak cingur mencapai kisaran Rp 35.000 sampai Rp 50.000 untuk satu porsi