Mulai Usaha Bermodalkan 50ribu Rupiah
Hingga Bisa Berangkatkan Haji Ibunda
Hj. Yayah diapit oleh Ibu Mochtar Mohamad (Walikota Bekasi / kanan) dan Ibu Rahmat Effendi (Wakil Walikota - kiri)
Bekasi, kelanakuliner.comSelera umumnya orang Indonesia adalah makan sepuasnya dan bayar semampunya namun mendapatkan suasana. Alasan inilah yang membuat warga asli Bekasi, Hj. Yayah membuka usaha warung makan yang bergaya prasmanan. Kebiasaan gaya prasmanan ini memang biasanya ada di sepanjang jalan Kalimalang Bekasi hingga ke arah Cikarang Kota.
Sementara Warung Makan Hj. Yayah yang berlokasi di awal ujung pintu air Kalimalang belakang Islamic Center ini, bisa sebagai tempat awal menikmati wisata kuliner yang khas asli masakan orang Bekasi asli (bisa jadi Hj. Yayah bisa disebut orang Betawi asli).
Bermodalkan uang limapuluh ribu, kira-kira tahun 80-an, Hj. Yayah yang bernama asli Aliyah ini membuka warung. "Pada saat itu daging sekilo saja masih Rp.15.000,- sekarang kan sudah Rp 45.000,-" bongkar Hj. Yayah saat saya menikmati Nasi dengan Semur Daging Empal dan Sate Udang plus Pete Bakar serta Sambel Uleg Khas Betawi yang lumayan pedas. Hj. Yayah wanita yang bersuamikan H.Yusuf ini mengaku semenjak remaja ia sudah dinikahkan oleh orangtuanya dengan pemuda Yusuf berumur 25 pada saat ia masih berusia 15 tahun, dimana saat itu ia tidak menaruh hati apalagi mengenal cinta kepada calon suaminya dan akhirnya setelah menikah, yang ada hanyalah rasa sayang dan kini perkawinannya telah menghasilkan 4 orang anak laki-laki dan 2 orang anak perempuan.
Semenjak itu, ia hanya mempunyai satu keinginan yakni berdagang makanan. Setelah orang tuanya memberi modal 50 ribu rupiah dan diberi sepetak warung berukuran tak lebih dari 3 x 3 meter persegi di samping usaha bengkel bapaknya. Setelah perjuangannya yang begitu gigih dan tak kenal putus asa, sambil merajut tali kasih sayang bersama sang suami, Hj. Yayah secara bertahap mulai bertambah besar usahanya. Setelah sang orang tua memberikan tanah bekas usaha bengkelnya sebagai usaha rumah makan, akhirnya dia mulai memperluas warungnya dan kini tak kurang sedikitnya 50 menu masakan yang disajikan setiap hari dengan omzet tak kurang dari 3 juta per harinya.
Semenjak itu, ia hanya mempunyai satu keinginan yakni berdagang makanan. Setelah orang tuanya memberi modal 50 ribu rupiah dan diberi sepetak warung berukuran tak lebih dari 3 x 3 meter persegi di samping usaha bengkel bapaknya. Setelah perjuangannya yang begitu gigih dan tak kenal putus asa, sambil merajut tali kasih sayang bersama sang suami, Hj. Yayah secara bertahap mulai bertambah besar usahanya. Setelah sang orang tua memberikan tanah bekas usaha bengkelnya sebagai usaha rumah makan, akhirnya dia mulai memperluas warungnya dan kini tak kurang sedikitnya 50 menu masakan yang disajikan setiap hari dengan omzet tak kurang dari 3 juta per harinya.
Rupanya usia sang suami tak bisa lebih lama, setelah suaminya H. Yusuf meninggal dunia, usahanya justru semakin besar. Wanita berusia 50 tahun ini kini telah berhasil memberangkatkan haji ibundanya dan haji ba'dal (memberangkatkan haji setelah almarhum) bapaknya dan kedua mertuanya, dan tak kurang dari 16 orang karyawan yang diambil dari keluarganya serta tetangga. Wanita yang suka bercanda dengan gaya khas logat betawi ini, kini tinggal duduk di eja kasir (bukan di kursinya) dan menanti para pelanggan selesai makan dan dalam hitungan detik dia bisa mengkalkulasi harga makanan yang disantap para pelanggannya. Taruhlah pelanggan sepasang remaja yang makan dua potong daging empal masing-masing dan sayur asam serta minuman air mineral, dalam waktu kurang dari 5 detik Hj. Yayah menyebut angka 50 ribu rupiah. Hebat sekali wanita ini dalam menghitungnya.
Saya sendiri bisa diperkirakan sekitar 20 ribuan, makan lengkap dengan es jeruknya. Tapi seperti biasa, gratis. (Hehehehe memang enak jadi wartawan kuliner ya?) Melihat dan memperhatikan para pelanggannya yang bebas memilih sendiri dan menyendok sendiri nasi yang diambil sesuai selera ukuran mereka. Wajar saja bila warung makan sederhana Hj. Yayah ini semakin hari semakin banyak pelanggan yang datang, dan tak kurang mulai dari pejabat pemda Kota Bekasi hingga Kabupaten Bekasi lalu banyak juga pegawai pemda serta orang kantoran di sekitar Kota Bekasi. Banyak pula wartawan media cetak wilayah Bekasi dan wartawan televisi yang datang untuk sekadar meliput rumah makan sederhana bergaya prasmanan terjangkau.
Bila Anda ingin mencoba menu masakan khas Betawi atau khas Bekasi ala Hj. Yayah, seperti Gabus Pucung termasuk makanan Betawi yang nyaris hilang, kemudian ada juga pepesan aneka ikan dan daging sampai dengan menu sayur lodeh atau sayur asam maupun sayur nangka. Jangan kaget harganya hanya 2000 rupiah per porsi sayuran yang Anda pilih untuk dicampurkan ke nasi Anda, mau banyak ataupun sedikit sayurnya harganya tetap untuk setiap sayur pilihan. Pepesannya pun cuma dipatok 3000 perak per bungkus. Khusus untuk daging seperti empal dan ikan goreng bumbu pedas, sate ati ampela atau sate udang dan yang sejenisnya bisa dipatok 5000 per potongnya. Sedangkan sepotong tempe atau tahu goreng cuma 1500 perak. Untuk minumannya bervariasi mulai dari yang 1000 rupiah hingga yang termahal 5000 perak.
Pokoknya bila Anda mau makan enak dan bebas memilih menunya dengan uang yang terbatas, Anda bisa langsung datang ke Warung Makan Hj. Yayah di pertigaan jalan raya Irigasi Kalimalang belakang Islamic Center Bekasi atau bisa menghubungi nomor (021)9905.0162 - 9989.0477 untuk reservasi.
Sidik Rizal - dobeldobel.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar